Minggu, 24 April 2011

TUGAS 3



      NAMA  : AULIA AKBAR
      KELAS : 1EB11
      NPM     : 21210220


  1. Jelaskan dengan singkat mengenai:
a.                   Neraca Pembayaran
b.                  Modal Asing
c.                   Utang Luar Negeri
  1. Sebutkan dan jelaskan manfaat modal asing!
  2. Sebutkan dan jelaskan dampak utang luar negeri terhadap pembangunan di Indonesia!

Jawab:

1.
a.       Neraca Pembayaran adalah catatan sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lainnya dalam jangka waktu tertentu. Tujuan utama neraca pembayaran yaitu untuk memberikan informasi kepada pemerintah tentang posisi keuangannya, khususnya yang terkait dengan hasil praktek hubungan ekonomi dengan negara lain. Neraca pembayaran juga dapat membantu dalam pengambilan keputusan bidang moneter, fiskal, perdagangan dan pembayaran internasional
b.      Modal Asing adalah modal yang berasal luar suatu perusahaan yang bersifat sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan tersebut modal yang bersangkutan dianggap sebagai utang, yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing dibagi ke dalam tiga golongan yaitu utang jangka pendek, utang jangka menengah, dan utang jangka panjang.
c.       Utang Luar Negeri adalah Sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut.


2.                  Manfaat modal Asing:
§  Penurunan biaya bunga APBN
§  Sumber Investasi swasta
§  Pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal.
§  Menutup gap devisa yang ditimbulkan akibat defisit pada transaksi berjalan.
§  Memperbanyak penerbitan obligasi Negara dengan berbagai macam seri dan jangka waktu.

3.                  Dampak Positif Utang Luar Negeri:

§  Meningkatkan tingkat perekonomiaan suatu negara.
§  Membantu pembiayaan dalam negeri, khususnya dalam pembangunan infrastruktur dalam negeri.

Dampak Negatif Utang Luar Negeri:
§  Menimbulkan krisis ekonomi yang berkepanjangan.
§  Pemerintah akan terbebani dengan pembayaran utang tersebut sehingga hanya sedikit dari APBN yang digunakan untuk pembangunan.
§  Cicilan bunga yang makin memberatkan perekonomian Indonesia.

Selasa, 12 April 2011

PEMBIAYAAN SYARIAH MINIM AMUNISI

Di saat Industri Perbankan syariah tengah berupaya mengejar ketertinggalan target pasar yang ditetapkan sebesar 5%, perhatian menjadi tertuju pada bisnis yang hampir 75% bergantung pada likuiditas perbankan. Bisnis pembiayaan syariah kini menjadi sorotan saat bank syariah dinilai ‘gagal’  mengejar porsi pasar yang ditargetkan.
            Saat ini skala perbankan syariah masih sangat kecil, hal ini membuat volume pembiayaan yang disalurkan lewat perusahaan multifinance syariah juga minim. Kendala lain adalah cost of fund yang lebih tinggi walaupun perbankan syariah sepenuhnya menyokong pendanaan multifinance syariah, namun dari sisi beban bunga tidak lebih murah dibandingkan bank konvensional.
            Bahkan dengan resiko yang rendah di bisnis syariah, pelaku industri pembiayaan syariah bisa mendapatkan profit yang lebih. Hal ini disebabkan dengan cadangan resiko yang disisihkan sebagai bagian dalam skema bisnis akhirnya tidak akan terpakai dan bisa dimasukkan ke dalam profit. Adapun faktor yang menjadikan pelaku industri ragu untuk masuk ke dalam bisnis ini adalah syarat transparansi dalam bisnis syariah.
            Selama di bisnis konvensional, taktik pricing dalam berpromosi serta pemberian  insentif dan reward system merupakan racikan bisnis yang hanya boleh diketahui oleh perusahaan. Sementara di bisnis syariah, segala transaksi hingga insentif semuanya dibuka secara transparan kepada konsumen.

SUMBER: Majalah Investor, 2010

MENJAGA OPTIMISME PASAR MODAL

            Penantian lama untuk keberhasilan mencapai angka keramat level 3.000 terjadi pada 21 Juli 2010 lalu. Tepatnya pada level 3.014,401. Angka tersebut merupakan posisi indeks tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Meski sempat jatuh di bawah level 3.000, namun perlahan tapi pasti indeks kembali menggeliat hingga mampu mencapai level 3.105,35 pada 19 Agustus. Pergerakan pasar kini dianggap tidak lagi atraktif. Bahkan sebagian analisis beranggapan bahwa posisi indeks sudah di atas kondisi fundamental pasar. Selain itu, adanya sentiment eksternal, khususnya pelemahan bursa – bursa Asia cukup mengusik kenyamanan investor.
            Selain indeks yang sudah naik tinggi serta sentiment pasar regional. Menurut analisis dari PT Bumiputera Capital, Rahadian Setyasmoro ada beberapa faktor internal yang menyebabkan pemodal enggan terjun ke pasar. Faktor pertama berkaitan dengan kenaikan inflasi yang sudah terlihat pada Agustus tahun lalu. Kenaikan inflasi dikhawatirkan akan memicu kenaikan BI Rate.
            Faktor kedua adalah soal musim hujan yang berkepanjangan. Kondisi ini sudah berimbas pada penurunan produksi Crude Palm Oil pada emiten perkebunan. Tak hanya itu, produksi batubara pun mengalami penurunan karena kegiatan overburden di tambang batubara terhambat oleh hujan.
            Namun di luar banyaknya sentimen negatif, muncul pandangan optimis dari pengamat pasar Willy Sanjaya. Menurutnya meski inflasi akan meninggi, kondisi masih dianggap wajar karena dalam enam bulan pertama tahun 2010 inflasi masih terbilang rendah. Menjaga kestabilan posisi Rp 9.000 yang dicapai oleh rupiah juga menjadikan sinyal positif bagi pasar.

Sumber: Majalah Investor, 2010

Sabtu, 09 April 2011

EFEK SYARIAH BUTUH VARIASI


Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, selalu dianggap sebagai pangsa pasar yang memiliki potensi pasar bisnis syariah yang besar, tak terkecuali dalam industri pasar modal. Bagaimana tidak, seorang investor muslim sudah semestinya berinvestasi pada produk berbasis syariah, menggantikan produk konvensional. Namun, belum banyak investor muslim yang memahami keberadaan instrumen syariah yang ada di pasar modal.
            Berdasarkan hasil review pada 27 Mei 2010, Bapepam-LK dan DSN (Dewan Syariah Nasional) menetapkan sebanyak 203 saham yang termasuk kategori syariah dan tiga saham DES insidentil atau emiten baru dianggap sesuai prinsip syariah. Namun saat listing (IPO) regulator belum melaukakan review atas DES.
            Makin bertambahnya efek syariah tentu memperbanyak pilihan investasi syariah di pasar modal, apalagi saham – saham berkategori syariah terbukti mumpuni dalam mencetak return. Berdasarkan data hingga akhir Juli 2010 terhadap Juli 2009 return JII (Jakarta Islamic Indeks) mencapai 25,47%, sementara return IHSG sebesar 32,11%.
            Pesatnya kinerja pasar modal syariah tidak terlepas dari kinera makro ekonomi yang baik dalam beberapa tahun terakhir, sementara terus bertambahnya produk – produk syariah disebabkan karena masyarakat sudah mulai mengenal instrument syariah. Namun potensi pasar syariah yang besar tidak akan tergarap maksimal jika regulasi syariah tidak ditambah terutama terkait akadnya. Saat ini hanya dua akad yang bisa digunakan dalam instrument syariah di pasar modal Indonesia, yaitu akad ijarah dan mudharabah.
            Namun terlepas dari semua upaya pengembangan pasar modal syariah tersebut tentu tidak akan berarti tanpa dukungan edukasi dan sosialisasi pada pelaku pasar dan masyarakat luas, mengingat produk pasar modal terutama saham kerap diidentikkan dengan judi. Upaya edukasi dan sosialisasi paling utama dilakukan oleh BEI dengan memberikan symbol (S) terhadap saham syariah dan diharapkan banyak masyarakat mengetahui keberadaan instrumen syariah di pasar modal.

Sumber: Majalah Investor, 2010