PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL
REPORTING STANDARDS
Rindu Rika Gamayuni
ABSTRACT
The Indonesian
Financial Accounting Standards needs to adopt IFRS, so that the Indonesian financial
reports can be accepted globally and the Indonesian companies are able to enter
the global competition to attract the international investors. Currently, the
adoption by Indonesian PSAK is in the form of harmonization, which means
partial adoption. However, Indonesian is planning to fully adopt the IFRS by
2012. Such an adoption will be mandatory for listed and multinational companies.
The decision as to
whether Indonesia will fully adopt the IFRS or partly adopt for harmonization purposes
needs to be considered carefully. Full adoption of IFRS will enhance the
reliability and comparability of the financial reports internationally.
However, it may contradict the Indonesian tax systems and other economic and
political situations.
If Indonesia were to
adopt fully the IFRS by 2012, the challenges are faced firstly by the academic society
and the companies. The curriculum, syllabi, and literature need to be adjusted
to accommodate the changes. These will take considerable time and efforts due
to the many aspects related to the changes. Adjustments also need to be done by
corporations or organizations, particularly those with international transactions
and interactions.
Full adoption also
means the changing of accounting principles that has been applied as accounting
standards worldwide. This might not be achieved ina short period, due to a
number of reasons: (1) accounting standards are highly related with the tax
systems. Adoption to IFRS internationally may change the tax systems in each country
that fully adopt the IFRS. (2) Accounting standards are accounting policies in
order to fulfil the national political and economic necessities that vary in each
country. This might be the significant challenges in fully adopting the IFRS.
Keyword : International Financial Reporting Standards,
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, fully adoption, accounting policies, tax
systems.
A.
PENDAHULUAN
Standar akuntansi di
Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi
internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar
akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United
Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah
mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat
ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Era globalisasi
saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan
secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi
terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan
informasi keuangan yangdapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan
analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan
kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antara lain nasionalisme
dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap
negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan
nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta
tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
Teknologi informasi
yang berkembang pesat membuat informasi menjadi tersedia di seluruh dunia.
Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk
memasuki pasar modal di seluruh dunia, yang tidak terhalangi oleh batasan
negara, misalnya: Investor dari Belanda bisa dengan mudah berinvestasi di Jepang,
Amerika, Singapore, atau bahkan Indonesia. Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi
apabila perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang
berbeda-beda. Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI,
uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi
IFRS saat ini.
Pengadopsian standar
akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan
menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan
akan item-item pengungkapanakan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan
semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam
menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang
lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan
dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan
dan beban perusahaan (Petreski, 2005).
Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional (IFRS)
akan mulai berlaku di Indonesia pada
tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan
Indonesia, 2009). Pada tahun 2012 tersebut diharapkan Indonesia sudah
mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan diharapkan tahun
2010. Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahan mengenai sejaumana adopsi
IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat
adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan
manfaat bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian
Indonesia pada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi
IFRS, mungkinkah tahun 2012 Indonesia mengadopsi penuh IFRS?
B.
PEMBAHASAN
Harmonisasi
Standar Akuntansi Internasional
Choi dan Mueller (1998)
mendefinisikan akuntansi internasional adalah akuntansi internasional yang
memperluas akuntansi yang bertujuan umum, yang berorientasi nasional, dalam
arti yang luas untuk: (1) analisa komparatif internasional, (2) pengukuran dan
isu-isu pelaporan akuntansinyayang unik bagi transaksi bisnis-bisnis internasional
dan bentuk bisnis perusahaanmultinasional, (3) kebutuhan akuntansi bagi
pasar-pasar keuangan internasional, dan (4) harmonisasi akuntansi di seluruh dunia
dan harmonisasi keragaman pelaporan keuangan melalui aktivitas-aktivitas politik,
organisasi, profesi dan pembuatan standar.
Choi, et al. (1999)
menyatakan bahwa Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas
(kesesuaian)praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar
praktik-praktik tersebut dapat beragam. Standart harmonisasi ini bebas dari
konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi
keuangan yang berasal dari berbagai Negara.
Saat ini harmonisasi
standar akuntansi internasional menjadi isu hangat karena berhubungan erat
dengan globalisasi dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini. Globalisasi bisnis
tampak dari kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan munculnya
perusahaan multinasional. Hal ini mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu
standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia. Akuntansi sebagai
penyedia informasi bagi pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi juga
dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus menerus berubah karena adanya
globalisasi. Adanya transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang
berbeda antar negara mengakibatkan munculnya kebutuhan akan harmonisasi standar
akuntansi di seluruh dunia.
IASC (International
Accounting Stadard Committe) adalah lembaga yang bertujuan merumuskan dan menerbitkan
standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya
untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta bekerja untuk
pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan
pelaporan keuangan(Choi & Mueller, 1998). IFRS (Internasional Financial
Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keungan
global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi
keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan interim
perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan,
mengandung informasi berkualitas tinggi yang: (1). Menghasilkan transparansi
bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.,
(2). menyediakan titik awalyang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS., (3). dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk
para pengguna.
Sejarah,
perkembangan, dan pengadopsian Standar Akuntansi Internasional di Indonesia
Sejarah
dan perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Berikut adalah
perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan saat ini
yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2008).
-
Di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda,
tidak ada standar Akuntansi yang dipakai. Indonesia memakai standar (Sound
Business Practices) gaya Belanda.
-
1955:
Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan tentang standar
keuangan.
-
1974:
Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI yang disebut
dengan prinsip Akuntansi.
-
1984:
Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar Akuntansi.
-
Akhir
Tahun 1984: Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar
yang bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee).
-
1994:
IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
-
2008:
Diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan.
-
2012:
Ikut IFRS sepenuhnya.
Pengadopsian
Standar Akuntansi Internasional di Indonesia
Saat ini standar
akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara penuh dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB
(International Accounting Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan
dan pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada
standar akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Efek
penerapan International Accounting Standard (IAS) terhadap Laporan Keuangan
Beberapa penelitian di
luar negeri telah dilakukan untuk menganalisa dan membuktikan efek penerapan
IAS (IFRS)dalam laporan keuangan perusahaan domestik. Penelitian itu antara
lain dilakukan oleh Barth, Landsman, Lang (2005), yang melakukan pengujian
untuk membuktikan pengaruh Standar Akuntansi Internasional (SAI) terhadap
kualitas akuntansi. Penelitian lain dilakukan oleh Marjan Petreski (2005),
menguji efek adopsi SAI terhadap manajemen perusahaan dan laporan keuangan. Hung
& Subramanyan (2004) menguji efekadopsi SAI terhadap laporan keuangan perusahaan
di Jerman. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa total aktiva, total kewajiban
dan nilai buku ekuitas, lebih tinggi yang menerapkan IAS dibanding standar
akuntansi Jerman, dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada pendapatan dan
laba bersih yang didasarkan atas Standar Akuntansi Internasional dan Standar Akuntansi
Jerman. Adopsi SAI juga berdampak pada rasio keuangan, antaralain rasio ROE,
RAO, ATO, rasio LEV dan PM, rasio nilai buku terhadap nilai pasar ekuitas, rasio
Earning to Price.
Pricewaterhouse Coopers
(2005) menyatakan bahwa perubahan standar akuntansi tersebut akan berdampak
pada berbagai area antara lain: Product viability, Capital Instruments,
Derivatives dan hedging, Employee benefits, fair valuations, capital
allocation, leasing, segment reporting, revenue recognition, impairment
reviews, deferred taxation, cash flows, disclosures, borrowing arrangements and
banking covenants.
Peranan
dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar akuntansi domestik
Keuntungan harmonisasi
menurut LecturerPh. Diaconu Paul (2002) adalah: (1) Informasi keuangan yang
dapat diperbandingkan, (2) Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang, (3) Mempermudah
transfer informasi kepada karyawan serta mempermudah dalam melakukan
trainingpada karyawan, (4) Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik
menuju pasar modal internasional, (5) Mempermudah dalam melakukan analisis
kompetitif dan operasional yang berguna untuk menjalankan bisnis serta
mempermudah dalam pengelolaan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, dan
pihak lain.
Pricewaterhouse Coopers
(2005) dalam publikasinya “Making A
change To IFRS” mengatakan: “Financial reporting that is not easily understood
by global users is unlikely to bring new business or capital to a company. This
is why so many are either voluntarily changing to IFRS, or being required to by
their governments. Communicating in one language to global stakeholders enhances
confidence in the business and improves finance-raising capabilities. It also
allows multinational groups to apply common accounting across their
subsidiaries, which can improve internal communications, and the quality of
management reporting and group decision-making. At the same time, IFRS can ease
acquisitions and divestments through greater certainty and consistency of
accounting interpretation. In increasingly competitive markets, IFRS allows
companies to benchmark themselves against their peers worldwide, and allows
investors and others to compare the company’s performance with competitors
globally. Those companies that do not make themselves comparable (or can’t,
because national laws stand in the way) will be at a disadvantage and their ability
to attract capital and create value going forward will be undermined”
Dalam publikasi
tersebut, Pricewaterhouse Coopers sebagai perusahaan jasa professional atau
kantor akuntan terbesar di dunia saat ini, menyatakan bahwa laporan keuangan
dituntut untuk dapat memberikan informasi yang lebih dapat dipahami oleh
pemakai global, dengan demikian dapat menarik modal ke dalam Perkembangan
Standar Akuntansi Keuangan perusahaan. Hal inilah yang mendorong atau menuntut
perubahan peraturan akuntansi domestik ke arah IFRS. Dengan mengadopsi IFRS
berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa akuntansi yang sama, hal ini
akan memudahkan perusahaan multinasional dalam berkomunikasi dengan
cabang-cabang perusahaannya yang berada dalam negara yang berbeda, meningkatkan
kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan. Dengan mengadopsi IFRS
juga berarti meningkatkan kepastian dan konsistensi dalam interpretasi
akuntansi, sehingga memudahkan proses akuisisi dan divestasi. Dengan mengadopsi
IFRS kinerja perusahaan dapat diperbandingkan dengan pesaing lainnya secara
global, apalagi dengan semakin meningkatnya persaingan global saatini. Akan menjadi
suatu kelemahan bagi suatu perusahaan jika tidak dapat diperbandingkan secara
global, yang berarti kurang mampu dalam menarik modal dan menghasilkan
keuntungan di masa depan.
Perlunya
harmonisasi standar akuntansi internasional di Indonesia
Indonesia perlu
mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan perusahaan asing
yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian, untuk
mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan
pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun
sifatnya baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas
standar internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut
terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan
perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya nasional tetapi juga secara
internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri ingin menjual saham di Indonesia
atau sebaliknya, tidak akan lag idipersoalkan perbedaan standar akuntansi yang
dipergunakan dalam menyusun laporan.
Ada beberapa pilihan
untuk melakukan adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi.
Harmonisasi adalah, kita yang menentukan mana saja yang harus diadopsi, sesuai
dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK (pernyataan standar akuntansi keuangan)
nomor 24, itu mengadopsi sepenuhnya IAS nomor 19. Standar ini berhubungan
dengan imbalan kerja atau employee benefit.
Kerugian apa yang akan
kita hadapi bila kita tidak melakukan harmonisasi, kerugian kita berkaitan
dengan kegiatan pasar modal baik modal yang masuk ke Indonesia, maupun
perusahaan Indonesia yang listing dibursa efek di Negara lain. Perusahaan asing
yang ingin listing di BEI akan kesulitan untuk menerjemahkan laporan keuangannya
dulu sesuai standart nasional kita, sedangkan perusahaan Indonesia yang akan
listing di Negara lain, juga cukup kesulitan untuk menerjemahkan atau membandingkan
laporan keuangan sesuai standart di negara tersebut. Hal ini jelas akan
menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal akan berkurang dan tidak mengglobal.
C.
KESIMPULAN
1.
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
perlu mengadopsi IFRS karena kebutuhan akan info keuangan yang bisa diakui
secara global untuk dapat bersaing dan menarik investor secara global.
2.
Saat ini, adopsi yang dilakukan oleh
PSAK Indonesia sifatnya adalah harmonisasi, belum adopsi secara utuh, namun
indonesia mencanangkan akan adopsi seutuhnya IFRS pada tahun 2012. Adopsi ini
wajib diterapkan terutama bagi perusahaan publik yang bersifat multinasoinal,
untuk perusahaan non publik yang bersifat lokal tidak wajib diterapkan.
3.
Perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi sifat
adopsi apa yang cocok diterapkan di Indonesia, apakah adopsi secara penuh IFRS
atau adopsi IFRS yang bersifat harmonisasi yaitu mengadopsi IFRS disesuaikan
dengan kondisi ekonomi, politik, dan sistem pemerintahan di Indonesia. Adopsi secara
penuh IFRS akan meningkatkan keandalan dan daya banding informasi laporan
keuangan secara internasional, namun adopsi seutuhnya akanbertentangan dengan
sistem pajak pemerintahan Indonesia atau kondisi ekonomi dan politik lainnya.
Hal ini merupakan rintangan dalam adopsi sepenuhnya IFRS di Indonesia.
4.
Untuk mencapai adopsi seutuhnya (full
adoption) pada 2012, tantangan terutama dihadapi oleh kalangan akademisi dan
perusahaan di Indonesia. Jika ingin full adoption IFRS pada tahun 2012, berarti
sebelum tahun 2012 kalangan akademisi khususnya bidang akuntansi harus siap
terlebih dahulu terhadap perubahan ini dengan cara melakukan penyesuaian
terhadap kurikulum, silabi, dan literatur. Penyesuaian terhadapperubahan ini
memerlukan waktu dan usaha yang keras, karena penyesuaian terhadap peraturan
yang baru menyangkut banyak aspek dan bukanlah hal yang dapat terjadi dalam
waktu yang singkat. Bagi perusahaan atau organisasi, perubahan dilakukan
terutama oleh perusahaan go publik atau perusahaan multinational yang melakukan
transaksi dan berinteraksi dengan perusahaan lainnya secara international.
5.
Adopsi seutuhnya (full adoption)
terhadap IFRS, berarti merubah prinsip-prinsip akuntansi yang selama ini telah
dipakai menjadi suatu standar akuntansi berlaku secara internasional. Hal ini
kemungkinan besar tidak akan dapat tercapai dalam waktu dekat, mengingat kendala
yang dihadapi antaralain:
-
Standar akuntansi sangat berhubungan
dengan sistem perpajakan. Sistem perpajakan setiap negara bervariasi. Jika
prinsip akuntansi distandarkan secara internasional, berarti sistem
perpajakannya juga harus distandarkan secara internasional, masalahnya mungkinkah
ini terjadi?
-
Standar akuntansi adalah suatu kebijakan
akuntansi yang dibuat berdasarkan kebutuhan politik dan ekonomi suatu negara.
Politik dan ekonomi setiapnegara bervariasi, sehingga masalah politik dan
ekonomi akan selalu menjadi hambatan dalam adopsi IFRS secara utuh dalam suatu
negara.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Fahmi. 2008. Bank wajib terapkan
revisi PSAK pada 2010. Bisnis Indonesia.
http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi harian/keuangan/1id39361.html
American Institute Certified Public
Accountants. 2008. IFRS: An AICPA (American
Institute Certified Public Accountants) Background. Newyork. www.IFRS.com.
1 April 2009.
American Institute Certified Public
Accountants. 2008. IFRS Primer for Audit Committees. Newyork. www.IFRS.com. 1
April 2009.
Ashbaugh and Pincus. 1999. “Domestic
Accounting Standard, International Accounting Standards, and The Predictability
of Earning”.
Barth, Landsman and Lang. 2005.
“International Accounting Standards and Accounting Quality”. Journal of
Accounting. Basir, Syarief. 2008. Adopsi Standar Auditing dan Assurance
Internasional, Sudah Sampai Dimana?. Majalah Akuntan Indonesiaedisi No. 6 Tahun
II Maret 2008
Belkaoui, Ahmed, 1998, Accounting
Theory, Penerjemah Marwata, dkk., Salemba Empat, Jakarta.
Choi, Frederich, D.S.Frost, Carol A. and
Meek, Gary K. 1999. “International Accounting”.Prentice Hall, Upper Saddle
River, NY.
Choi & Mueller. 1998. Akuntansi
Internasional.Salemba Empat. Jakarta.
Delloitte News Letter. 2007. IFRS
Convergence Planning. The Standards Up Date, Vol.1. 24 September 2007.
www.auditmepost.blogspot.com. (Desember 2008). Perkembangan Standar Akuntansi
Keuangan
Hardi. 2008. SPAP, kapan full adoption
keISA ? www.auditmepost.blogspot.com (Desember, 2008)
Hardi. 2008. 3 PSAK revisian DSAK-IAI
berlaku efektif sejak 1 Januari 2008. Sudah siapkah Anda ?
http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/keuangan/1id39361.html,
(Februari, 2009).
Hendricksen, Eldon S. (Marianus Sinaga,
Editor), 1996, Teori Akuntansi, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.
Hung and Subramanyan. 2004. “Financial
Statement Effects of Adoption International Accounting Standards: The Case of
Germany”. Working Paper, University of Southern Carolina.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1999. Standar
Akuntansi Keuangan, Salemba Empat. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
2009. Program KonvergensiIFRS 2009. www.iaiglobal.or.id.
3 April 2009.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Prinsip
Akuntansi: Sejarah SAK. www.iaiglobal.or.idInternational Accounting Standards
Committee. 1999. International Accounting Standards1999
Kanaka Puradiredja Suhartono. Public
Accountant, tax and business advisory services. 2009. Menuju Konvergensi IFRSdi
tahun 2012. www.kanaka.co.id. 3 April 2009.
Kanaka Puradiredja Suhartono. Public
Accountant, tax and business advisory services. 2009. Konvergensi IFRS di
Indonesia. www.kanaka.co.id. 3 April 2009.
Lecturer Ph. Diaconu Paul. 2002.
“Harmonization of The International Accounting System”. Academy of Economic
Studies Bucharest.
Osman Ramli Satrio dan rekan. 2007, a
member of deloitte Touche Tohmatsu. IFRS and Indonesian GAAP: a
Comparison.Deloitte, audit and assurance.
Petreski, Marjan. 2005. “The Impact of International
Accounting Standards on Firms”.
Pricewaterhouse Coopers. 2005.
Similaritiesand Differences: a Comparison of IFRS, Indonesian GAAP, US GAAP.
Publised by Kantor Akuntan Haryanto Sahari dan rekan.
Saudagaran, Sharokh. 2001.
“International Accounting: A User Perspective”. Thompson Learning.
Syafri Adnan dan Jamason Sinaga. 2005.
Peningkatan Standar Akuntansi Intenasional (Improvement to International Public
Sector Accounting Standards.
Tarca, Ann. 2002.” International
Convergence of Accounting Practise: Choosing Between IAS and US GAAP”.
University of Western Australia.
Zaitul. 2003. Tinjauan Kritis tentang
Pengaruh Budaya Terhadap Sistem Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Bung
Hatta.