Selasa, 12 April 2011

MENJAGA OPTIMISME PASAR MODAL

            Penantian lama untuk keberhasilan mencapai angka keramat level 3.000 terjadi pada 21 Juli 2010 lalu. Tepatnya pada level 3.014,401. Angka tersebut merupakan posisi indeks tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Meski sempat jatuh di bawah level 3.000, namun perlahan tapi pasti indeks kembali menggeliat hingga mampu mencapai level 3.105,35 pada 19 Agustus. Pergerakan pasar kini dianggap tidak lagi atraktif. Bahkan sebagian analisis beranggapan bahwa posisi indeks sudah di atas kondisi fundamental pasar. Selain itu, adanya sentiment eksternal, khususnya pelemahan bursa – bursa Asia cukup mengusik kenyamanan investor.
            Selain indeks yang sudah naik tinggi serta sentiment pasar regional. Menurut analisis dari PT Bumiputera Capital, Rahadian Setyasmoro ada beberapa faktor internal yang menyebabkan pemodal enggan terjun ke pasar. Faktor pertama berkaitan dengan kenaikan inflasi yang sudah terlihat pada Agustus tahun lalu. Kenaikan inflasi dikhawatirkan akan memicu kenaikan BI Rate.
            Faktor kedua adalah soal musim hujan yang berkepanjangan. Kondisi ini sudah berimbas pada penurunan produksi Crude Palm Oil pada emiten perkebunan. Tak hanya itu, produksi batubara pun mengalami penurunan karena kegiatan overburden di tambang batubara terhambat oleh hujan.
            Namun di luar banyaknya sentimen negatif, muncul pandangan optimis dari pengamat pasar Willy Sanjaya. Menurutnya meski inflasi akan meninggi, kondisi masih dianggap wajar karena dalam enam bulan pertama tahun 2010 inflasi masih terbilang rendah. Menjaga kestabilan posisi Rp 9.000 yang dicapai oleh rupiah juga menjadikan sinyal positif bagi pasar.

Sumber: Majalah Investor, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar